Setidaknya 80% Anak Indonesia Kekurangan DHA



AnalisaDaily - Berdasarkan hasil penelitian pakar gizi diketahui lebih dari 80 persen anak Indonesia terbukti kekurangan DHA, salah satu unsur gizi yang berpengaruh dalam pertum­buhan dan kecerdasan anak. 

Pakar gizi yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman MS, ketika dihubungi di Jakarta, Minggu (27/1), menyebutkan, dia terlibat langsung dalam penelitian tersebut dan dipublika­sikan dalam British Journal of Nutrition (2016) berjudul Intake of essential fatty acids in Indonesia children: se­condary analysis of data from a nationally representative survey. 

“Kurangnya asupan asam lemak esensial khususnya DHA harus menjadi perhatian bersama karena zat tersebut penting dan krusial untuk mempengaruhi kondisi fisik dan kepintaran anak,” katanya. 

Penelitian yang dilakukan berdasar dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 itu menemukan bahwa 8 dari 10 anak usia sekolah Indonesia berumur 4-12 tahun kekurangan nutrisi otak sebab hanya mendapatkan sedikit asupan asam lemak esesial (essential fatty acid) khususnya asupan DHA dan Omega 3. 

Asam lemak esensial merupakan kelompok asam lemak yang penting bagi kesehatan manusia dan harus tercukupi dari asupan makanan. 

Menurutnya, hasil ini mengejutkan lantaran kekurang­an asupan Omega 3 dan DHA bisa berbahaya dalam jangka menengah dan panjang. 

“Kondisi ini bisa berdampak pada masa depan anak, di antaranya anak kurang pintar, tumbuh tak sempurna, kekebalan tubuh melemah, kulit mengalami kekeringan, pandangan kabur, hingga perubahan emosi yang bisa membuat prestasi anak di sekolah menurun,” jelasnya. 

Dijelaskannya, DHA dan Omega 3 sangat bermanfaat dalam perkembangan sistem syaraf, pembentukan membran sel sehat, dan produksi hormon seperti yang bertanggung jawab dalam mengatur tekanan darah, viskositas darah, vasokonstriksi, serta respon imun dan inflamasi. 

“Pemenuhan gizi, terutama makanan dengan kandung­an Omega 3 dan DHA yang cukup dapat mempengaruhi masa depan bangsa Indonesia dan anak-anak kita saat dewasa kelak,” ujarnya. 

Karena itu, Ahmad Sulaeman mengajak masyarakat, praktisi gizi dan kesehatan, untuk lebih aktif dalam mempromosikan asupan pangan dengan kandungan DHA yang memadai. 

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permen­kes) No 75/2013 Tentang Angka Ke­cukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bang­sa Indonesia dalam setiap harinya untuk anak berusia 4-9 tahun harus mengkonsumsi Omega 3 sebesar 0,9 gram. 

Sedangkan mere­ka yang berusia 10-12 tahun untuk laki-laki sebesar 1,2 gram dan perempuan sebesar 1,0 gram. 

“Untuk DHA, per harinya setiap anak harus mendapat­kan asupan sebesar 100-118 mg,” terangnya. 

Dia menekankan fakta bahwa 8 dari 10 anak Indonesia kekurangan DHA patut menjadi keprihatinan bersama dan upaya un­tuk memenuhi kebutuhan DHA dalam ma­kanan anak harus menjadi prioritas orangtua dan keluarga Indonesia. 

DHA masih diper­lukan walau anak telah berusia lebih dari 2 tahun. 

Baik DHA maupun EPA yang merupa­kan Omega 3 paling banyak didapatkan dari ikan, seperti ikan salmon dan lemuru alias sardin. 

Dengan anjuran porsi untuk anak EPA 100-118 miligram (mg) per hari dan DHA 100-118 mg per hari. Hal ini berda­sarkan rekomendasi dari FAO dan WHO,” ujarnya. 

Disampaikannya, peringatan Hari Gizi Nasional harus dijadikan momentum mulai menyadari pentingnya asupan DHA dan Omega 3 untuk anak melalui peningkatan kon­sumsi makanan kaya asupan asam lemak esensial, termasuk susu pertumbuhan yang mengandung DHA. 

Dewasa ini, ada sekitar 33 juta anak usia 0-6 tahun di Tanah Air yang kelak akan men­jadi tiang peyangga masa depan bangsa da­lam menghadapi era Indonesia emas pada 2045. (Ant/rm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar