Media Indonesia - Defisiensi (kekurangan) asam lemak esensial seperti omega 3 dan omega 6 dapat berpengaruh pada gangguan perkembangan kognitif dan pengelihatan anak.
Omega 3 terdiri dari ALA, EPA, DHA, dan omega 6 asam linoleat.
Prof. Ahmad Sulaeman dari Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor menjelaskan jenis asam lemak tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari makanan.
Asupan makanan yang kaya akan omega 3 antara lain ikan, sedangkan kandungan omega 6 banyak ditemukan pada kacang-kacangan serta tempe.
"Omega 3 sangat diperlukan dalam pembentukan janin. Seperti diketahui, DHA berperan untuk pembentukan sistem saraf contohnya untuk retina dan otak," tutur Ahmad dalam diskusi forum Ngobras bertajuk "Kekurangan Omega-3 Pengaruhi Intelegensia Anak" di Jakarta, pada Jumat (22/2).
Hal itu, ujarnya, dibuktikan oleh penelitian yang dipublikasikan dalam Pedicatrics edisi Agustus 2001 lalu, bahwa menambahkan DHA dan asam lemak omega lain bermanfaat pada pengelihatan, pergerakan dan perbendaharaan kata balita.
Oleh karena itu, terang Prof. Ahmad, konsumsi omega 3 sangat dianjurkan bagi bayi berusia di atas enam bulan.
Ia menambahkan, kebutuhan terhadap asupan asam lemak esensial semakin meningkat pada anak seiring usia.
Bagi bayi enam bulan, dapat dikatakan cukup asupan omega 3 apabila ia mengonsumsinya sebanyak 0,5 gram per hari, sedangkan kebutuhan omega 6 lebih tinggi lagi yaitu 4,4 gram per hari.
Jumlah itu, masih dapat dipenuhi dari konsumsi ASI.
Tetapi, Ahmad menekankan karena kebutuhan omega 3 bertambah menjadi 0,7 gram dan omega 6 menjadi 7 gram per hari, ASI sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan omega 3 dan enam pada bayi setelah berusia di atas 6 bulan, sehingga bayi harus diberikan makanan pendamping ASI kaya asam lemak esensial.
Pada kesempatan yang sama, dr. Bernie Endyarni Medise SpA(K) dari Departemeh Ilmu Kesehatan Anak FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menjelaskan asupan omega 3 dan enam sangat penting pada 1000 hari pertama kehidupan anak.
Seribu hari pertama kehidupan adalah saat di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.
Menurut dr. Bernie, masa itu merupakan periode emas bagi pertumbuhan anak sekaligus krusial jika tidak diberikan asupan nutrisi yang baik.
"Pertumbuhan sel otak terjadi sangat cepat pada 1000 hari pertama kehidupan. Pembentukan sel-sel otak membutuhkan asam lemak esensial," ucapnya.
Bernie mengungkapkan, dampak dari kekurangan omega 3 dan 6 pada anak antara lain terganggunya pertumbuhan anak, gangguan imun mental, lemah, skin antrophy, kulit kering, gangguan pengelihatan, edema, moody, rewel, dan gangguan konsentrasi.
Selain pada bayi, asam omega 3 dan 6 juga dibutuhkan bagi wanita usia subur dan ibu hamil.
Jurnal internasional The Lancet mempublikasikan bahwa wanita yang makan seafood selama kehamilan, dapat meningkatkan IQ bayi yang dikandungnya.
Seorang ibu hamil, disarankan mengonsumsi sumber makanan kaya DHA sebanyak 340 gram per minggu.
"Sayangnya di Indonesia masih ada mitos-mitos di sejumlah daerah bahwa ibu hamil dilarang makan ikan," ucapnya.
Ia menuturkan kebanyakan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil sangat bervariasi, tetapi dianjurkannya makanan yang kaya omega 3 dan 6 seperti ikan, tempe, kacang-kacangan atau susu yang difortifikasi atau ditambahkan agar kaya nutrisi agar asupan bagi janin yang dikandungnya baik.
Prof Ahmad mengingatkan bahwa asam kompleks seperti omega 3 dan 6 mudah teroksidasi, jadi sebaiknya penyajian juga harus diperhatikan.
Ia menyontohkan, ikan sebaiknya tidak dikonsumsi jika sudah digoreng berulang-ulang sebab kandungan gizinya sudah tidak utuh.
" Terlalu banyak polimer. Pengolahan perlu hati-hati," tukasnya. (OL-8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar